Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Novel Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje

Belajar sejarah bisa dilakukan di mana saja, tak terkecuali dari kisah sebuah babad suatu wilayah. Seperti halnya buku yang baru selesai saya baca, Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje.

Buku ini menceritakan kemakmuran dan keagungan hingga nestapa dan malapetaka yang terjadi di Kadipaten Onje pada masa kekuasaan Kesultanan Pajang, Sultan Hadiwijaya yang memiliki nama kecil Mas Karebet, atau yang lebih kita kenal dengan nama Jaka Tingkir.



Profil Buku


Judul: Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje
Penulis: Gunato Eko Saputro
Penerbit: SIP Publishing
Tebal: Halaman
Tahun Terbit: 2021

Blurb


Review Novel Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje

Buku ini merupakan novel sejarah yang mengulas tentang Kadipaten Onje pada masa Kesultanan Pajang. Diawali kisah Tepus dan Rubiah yang saling jatuh hati sebagai pengantin baru, mereka ditugaskan oleh gurunya untuk menebar ilmu agama di wilayah Giri Raharja (Gunung Slamet). Dengan semangatnya sebagai pengantin baru, mereka menerima titah tersebut. Hingga baru beberapa hari, kondisi Rubiah jatuh sakit. Demam tak kunjung usai.

Tepus berusaha semaksimal mungkin untuk mengobatinya. Namun, takdir berkehendak lain. Rubiah meninggal membuat Tepus sedih menjadi. Sampai-sampai dia bertapa selama 40 hari atas kematian istri tercintanya.


Tepus terbangun dari tapanya ketika mendapatkan mimpi untuk mencari cincin Suca Ludira dan harus diserahkan ke Mas Karebet di Pajang. Tiba-tiba ia terbangun dari mimpinya, mendapati dirinya yang tak setampan dulu lagi. Ia berkaca pada air jernih di sungai.

Singkat cerita, dia sampai di Onje, bertemu dengan seorang guru perdikan agama Islam. Guru itu pun menyambut Tepus dengan senang hati, dan memberitahukan tugasnya mencari cincin Suca Ludira.

Setelah beristirahat, berangkatlah dia ke Jati Manis untuk mencari cincin keramat itu. Siapa sangka, dengan batin yang kuat, Tepus sangat mudah mendapatkan cincin itu.

Inilah sejarah mulai terukir. Setelah Tepus mendapatkan cincin itu, dia kembali ke Onje, berpamitan untuk berangkat ke Pajang.

Di sisi lain, Ibu Kota Pajang sedang ramai, karena Rajanya, Sultan Hadiwijaya membuat sayembara, siapa yang bisa menemukan cincin Suca Ludira, akan mendapatkan hadiah istimewa. Jika dia perempuan maka akan dijadikan selir, jika dia laki-laki maka akan dihadiahi salah satu selir kesayangannya untuk dijadikan istri penemu cincin itu.

Geger sekota Pajang, orang-orang berlalu lalang mencari cincin tersebut. Semua kalangan mencarinya. Dari kasta atas hingga rakyat jelata, berusaha mencarinya, dari orang baik hingga para begundal pun ramai berusaha mencari cincin keramat yang telah hilang itu.

Tepus Rumput sampai di Ibu Kota Pajang

Tibalah Tepus di Kota Pajang, mencari Mas Karebet. Karena dengan sebutan nama itu, sempat menjadi drama dengan penjaga pintu, pasalnya Mas Karebet merupakan nama kecil Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Ya, siapa ngira kalau Tepus mau bertemu dengan raja. Selama ini dia hanya berusaha mencari cincin Suca Ludira.

Sampai di istana Pajang, Tepus menghadap Sultan Hadiwijaya, menyerahkan cincin tersebut. Dan sesuai dengan janji sang sultan, Tepus dihadiahi seorang selir kesayangannya.

Namun, ada beberapa peraturan yang harus ditaati sebab selir tersebut sedang hamil selama 4,5 bulan.

Tepus boleh menggaulinya nanti setelah anak tersebut lahir. Selama masa kehamilannya ini, Tepus harus menjaga selir dan jabang bayi dari Sultan Hadiwijaya itu. Tepus mengangguk, dalam hatinya bahagia sekali mendapatkan wanita cantik itu. Bahkan mirip dengan mendiang istrinya, Rubiah.

Selain hadiah selir, Tepus juga mendapatkan gelar Adipati Onje. Inilah cikal bakal yang mengapa dulu daerah Onje disebut sebagai kadipaten.

Pada akhirnya Tepus dan Istrinya, merawat anak Jaka Tingkir yang dengan nama Raden  Hanyakra Kusuma. Dibesarkan seperti buah hatinya sendiri. Sampai dia diangkat menjadi Adipati Onje II oleh ayahandanya, dan peristiwa itu terjadi pada tanggal 18 Desember 1563.

Dari situ, lanjutlah Anya Krakusuma memimpin Kadipaten Onje, Tepus dan istrinya berpamitan untuk menjalani hidup sebagai orang biasa, menepi ke lereng Gunung Slamet.

Kemudian roda kehidupannya penuh liku, dari bahagia, sengsara, kehilangan, dan penuh air mata. Semuanya dikupas tuntas dalam Buku Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje.

Dan bagaimana Kadipaten Onje berakhir? Semuanya jelas tertuang di buku ini. So, bisa banget nih teman-teman untuk membacanya.

Hal-hal yang menarik dari Buku Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje



Kadipaten Onje

Banyak hal yang menarik dari buku ini, di antaranya:

1. Banyak Kosa Kata Bahasa Jawa yang Baru Saya Temui


Penulis, Gunanto Eko Saputro, banyak memberikan istilah-istilah Jawa dalam buku ini. Membuat pembaca penasaran, apa sih arti dari kata tersebut? Dan tentunya di bagian kaki-kaki per halaman mencantumkan istilah Jawa itu dengan artinya.

2. Novel yang Diambil dari Kisah Sejarah


Meskipun ini sebuah novel, tapi ceritanya berlatar belakang sejarah. Sebelum buku ini terbit, banyak referensi yang dibaca dan dicocokkan dengan realita.

3. Kisah Kadipaten Onje Menjadi Cerita dari Turun Temurun


Dalam cerita rakyat Banyumasan, kisah babad Onje memang sangat melegenda. Menjadi kisah unik dan memang terjadi pada masa Kesultanan Pajang. Anak dari Jaka Tingkir menjadi Adipati di Onje.

4. Onje Merupakan Nama dari Kembang Burus


Ada yang tahu tentang tanaman burus? Kalau di tempat saya, burus merupakan salah satu tanaman rempah atau bahkan bisa dijadikan obat-obatan tradisional. Nah, bunga dari tanaman burus ini bernama Onje.

Bunga yang cantik berwarna ungu. Konon, dulu wilayah Onje banyak sekali tanaman burus, dan ketika bunga sedang mekar, otomatis cantiknya bunga onje merekah. Sehingga tempat itu disebut Onje.

5. Larangan atau Pepali yang Nyata Diucapkan


Selama ini, saya kira hanya sebuah mitos bahwa orang Cipaku dilarang menikah dengan orang Onje. Rupanya, memang benar diucapkan oleh Adipati Cipaku setelah putri kesayangannya terbunuh oleh Hanyakra Kusuma.

Kisah ini memang memilukan, ketika Sultan Hadiwijaya wafat dalam pertempuran melawan Danang Sutawijaya yang mendirikan Mataram, istri-istri Hanya Kusuma bertengkar hebat di belakang rumah. Dilerai pun tak jadi. Wal hasil, dengan gelap mata, Adipati Onje itu mengambil pedang dan menyabet ke arah dua istrinya.

Dua istrinya langsung meninggal. Istri pertama Pakuwati, dan istri kedua Dewi Kelingwati.

Orangtua Kelingwati, Adipati Pasir Luhur, masih mau menerima takdir putrinya meninggal di tangan sang suami.

Namun, berbeda dengan orangtua Pakuwati, Adipati Cipaku murka karena anaknya mati terbunuh oleh suaminya sendiri. Sampai-sampai dia mengeluarkan sumpah serapah atau pepali.

Sampai kiamat aku tidak mengizinkan anak turunanku menikah dengan orang-orang Onje. Barang siapa melanggar laranganku dia akan kena bendu.

Sadis banget, kan, larangannya. Pantas saja, orangtua kami selalu mewanti-wanti jangan menikah dengan orang Onje. Pun sebaliknya, orang Onje jangan menikah dengan orang Cipaku. Ini sudah abad 21, tetap saja masih berlaku di masyarakat.

6. Di Onje Ada Wilayah Bernama Mesir


Negara Mesir di sana, zaman dulu terkenal dengan sebutan tempat lahirnya Nabi Musa. Ketika itu ada orang muslim yang merantau hingga ke Onje. Eh, tak dinyana malah jatuh cinta dengan putri Hanyakra Kusuma. Menikahlah mereka dan membangun padepokan agama Islam. Dan tempat itu disebut Dukuh Mesir.

Peninggalan sejarah yang masih tampak ialah Masjid Sayyid Kuning. Bahkan dikenal sebagai masjid tertua di Purbalingga. Masjid Sayyid Kuning dibangun oleh Ngabdullah Syarif, orang Mesir itu, suami dari Rara Kuningwati, putri pertama Hanyakra Kusuma dengan Dewi Kelingwati.

7. Menjawab Penasaran Saya Tentang Penetapan Tanggal Hari Jadi Kabupaten Purbalingga


Selama ini saya penasaran, kenapa Purbalingga hari jadinya tanggal 18 Desember, bukan 22 Februari seperti Banyumas, dan juga Banjarnegara yang kini menjadi tanggal 26 Februari.

Padahal, dulu masih dalam Wilayah Kesultanan Pajang juga, Kadipaten Wirasaba dipimpin oleh Adipati ke II, atau yang kita kenal dengan Raden Joko Kaiman, menantu Adipati Wirasaba I.

Joko Kaiman ini membagi wilayah menjadi 4 bagian, yaitu Wirasaba (Purbalingga), Kejawar (Banyumas), Merden (Cilacap), dan Banjar Petambakan (Banjarnegara).

Well, kita kembali ke Novel Tepus Rumput. Di novel ini dijelaskan bahwa pada tanggal 18 Desemner 1563, Raden Hanyakra Kusuma diangkat menjadi Adipati Onje. Dan tanggal inilah menjadi dasar hari jadi Purbalingga, bukan berdasarkan Kadipaten Wirasaba yang dibagi empat wilayah.

Hari jadi Purbalingga memang unik, banyak babad yang tertuang di dalamnya. Belum lagi, kalau menelisik terus sejarah sampai tuntas dan sampai keturunan Adipati Onje bisa panjang banget. Salah satunya Arsantaka, yabg mempunyai aksi heroik dalam hidupnya. Ditambah lagi arsip Belanda yang memiliki banyak sekali tulisan tentang Purbalingga.


Oh ya, Arsantaka ini merupakan anak bungsu Adipati Onje dengan istri ketiganya, Nyai Pingen putri Adipati Arenan. Pernikahan mereka terjadi atas masukan dari pembantu dan keluarganya setelah kedua istri Hanyakra Kusuma meninggal.

Saya menunggu buku sejarah selanjutnya nih, tentang kisah Arsantaka yang merantau ke timur, kemudian turut serta dalam Perang Jenar, dan membela Banyumas yang mendukung Paku Buwono II, dan lainnya.

Penutup


Fine, buku ini sangat ringan dan cocok dibaca untuk belajar sejarah. Meskipun harus digaris bawahi, saya sarankan yang membaca usia 18+, karena penulis awalnya mengisahkan romantisme Tepus Rumput dan istri pertamanya, Rubiah.

Selanjutnya, okay, dengan gaya santai dan mudah dipahami. Saran dikit sih dari saya untuk penulis, next time semoga tidak ada typo lagi. Karena yang ini masih ada sedikit typo.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga bisa memberikan wawasan tentang sejarah Purbalingga. Buat yang penasaran dengan buku ini beli di mana? Bisa Pre Order langsung ke Om Igun, langsung DM saja di IGnya @igoendonesia.
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

25 comments for "Review Novel Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje"

  1. Saya juga suka novel sejarah, jadi penasaran pengen baca buku ini juga. Salam kenal mba :)

    ReplyDelete
  2. Kalau bacaan sejarah begini bisa nambah wawasan kita ya...Ditulis ringan pula, jadi seru bacanya. Btw, seputar larangan jangan menikah antara orang Oje dan Cipaku, masih berlaku ternyata. Tapi serupa di daerahku juga ada hal semacam itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau komen begini. Sebenarnya ini novel tapi diambil dari sejarah, kan, jadi ga semuanya benar. Apa sumpah tentang pernikahan orang Onje dengan Cipaku itu benar diucapkan atau hanya bumbu di novel?

      Delete
  3. review yang menarik mba, jadi terbuka wawasan tentang sejarah juga membaca artikel ini

    ReplyDelete
  4. Sudah lama nggak baca novel sejarah. Baca review ini jadi ingat kesultanan Pajang, sayang banget karena pertempuaran, tidak ada yang tersisa dari bangunannya, hanya tembok yang mengelilingi kerajaan masih bisa dilihat. Novel sejarah yang ditulis dengan kalimat-kalimat ringan ini bikin nggak mumet untuk baca.

    ReplyDelete
  5. Menarik kisahnya mbak. Saya suka novel berlatar belakang sejarah gini, karena pasti banyak pengetahuan yang bisa diperoleh. Apalagi, karena berlatar di tanah jawa, menggunakan juga beberapa istilah bahasa jawa, pastinya bakal menambah kosakata baru juga

    ReplyDelete
  6. Akupun dulu suka dengan novel sejarah atau opsi lain yg berasas legenda
    Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje ini rupanya kisah rakyat dari purbalingga ya, jujur aja utk yg ini baru tau setelah baca review mba Ery

    ReplyDelete
  7. Duh kasian si selir kok jadi hadiah huhu, mana udah punya anak pula. Kebayang yaaa kalau ini kejadian bener di masa lalu kyknya para perempuan gak punya hak atas tubuhnya sendiri *kok malah esmosih hehe :p
    Btw mbak keren banget sih masih menyempatkan diri baca novel sejarah kek gini, aku nih dah masuk bulan keempat tahun 2023 belum baca samsek huhu. Jadi pengen rajin baca buku juga :D
    TFS

    ReplyDelete
  8. Kalau ada istilah Jawa dan juga artinya, jadi buat kita pelajari bahasa Jawa ya mba. Makasih reviewnya panjang lebar

    ReplyDelete
  9. Jujur kalo dari judul, buku ini bukan termasuk genre yg aku suka, aku enggak suka sejarah, wkwkwk. Tapi setelah baca artikel ini malah jadi penasaran sm kisah adipati onje ini. Jd pengen baca lengkap

    ReplyDelete
  10. Kalau baca judul buku ini sebemarnya bukam genre yg aku suka, aku gak suka sejarah btw. Tapi gara2 baca artikel ini aku jd penasaran sm kisah adipate onje dan pengen baca lengkapnya wkwkwk

    ReplyDelete
  11. Menarik banget ini novelnya ya mak, jadi bisa sekalian belajar sejarah juga. Selain itu jadi tambah tau juga kosa kata bahasa Jawa yang sebelumnya tidak pernah kita ketahui. Aku jadi penasaran pengin baca bukunya.

    ReplyDelete
  12. Bunga Onje ini kalau di Sunda itu Honje kalinya? Tanaman nya disebut kecombrang. Wanginya harum segar khas. Banyak khasiatnya juga.
    Cerita yg bagus tentang babad di Banyumas ini sangat menarik. Saya suka akan sejarah yang dirangkum dalam novel. Jadi penyampaian nya itu kekinian

    ReplyDelete
  13. Wah, saya tuh suka baca buku sejarah
    Apalagi kalau dikemas dalam cerita novel yang menarik seperti ini
    Belajar sejarah jadi lebih menyenangkan

    ReplyDelete
  14. Aku jarang baca novel berbau sejarah. Kayanya Novel Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje boleh deh dimasukkan ke list baca. Penasaran akhir kisahnya akan seperti apa

    ReplyDelete
  15. Wah bagus nih bukunya mbak. Sejarah yang ditulis dengan lebih naratif sehingga mudah dinikmati bahkan oleh orang awam

    ReplyDelete
  16. Wah seru nih mbak bukunya. Sejarah yang ditulis dengan lebih naratif sehingga mudah dinikmati oleh awam sekalipun

    ReplyDelete
  17. Sukaa..
    Suka banget sama sejarah yang dikisahkan begitu indahnya. Meskipun ini sebenernya jatuhnya legenda, bukan sih kak Ery?

    Tapi zaman dulu yang namanya perempuan tuh bener-bener nurut sama suaminya ya..
    Meski selir kan juga istri Raja yaa.. tapi dikasih ke orang lain, ya mau mau aja.
    HUhuhuu.. Ini kenapa aku hilite banget, mohon maaf kak Ery.

    Overall, aku menikmati dan bisa mengambil pelajaran dari Novel Tepus Rumput Lembayung di Langit Onje.

    Kak Ery nyeritainnya enakeun bangeett..
    Aku seneng bacanya dan paham.

    ReplyDelete
  18. unik dan menarik banget ada novel yang jalan ceritanya diangkat dari kisah sejarah. aku malah penasaran dengan istilah atau kata dalam bahasa jawa yang belum diketahui, mbak. hahaha

    ReplyDelete
  19. Aku juga suka banget baca novel sejarah. Serasa bisa melihat masa lalu. Baca novel ini jadi tau sejarah Kadipaten Onje ya. Aku aja baru denger namanya nih.

    ReplyDelete
  20. Onje itu kalau disini kecombrang atau unji, kisah sejarahnya belum pernah kudengar namun menarik nih membaca buku-buku yang diangkat dari kearifan lokal

    ReplyDelete
  21. novel sejarah dengan kosakata daerah yang banyak bagus banget ini untuk mengenal sejarah dan bahasa daerah sekaligus

    ReplyDelete
  22. dari judulnya unik ya mba... Banyak hal yang baru yang aku baca di sini, termasuk berbagai aspek sejarah menarik yang di Pajang mba

    ReplyDelete
  23. Berarti ini novel yang terinspirasi dari sejarah ya? Kadang kalau begini aku tuh suka bingung kalau kosakatanya agak berat. Tapi kalau ringan dibaca, boleh deh coba baca genre novel sejarah begini.

    ReplyDelete
  24. aku jadi ngeh ini siapa pengarangnya aku manggilnya igo hehehe. iya dari dulu emang dia tertarik aman sejarah2 gitu dan pas dia bikin buku tentang hubungannya ama kotanya aku ga kaget

    ReplyDelete