Topik lingkungan di sana-sini sering dibahas. Dari pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan dan lain sebagainya. Tetapi, apakah ada wujud nyata yang kita lakukan agar lingkungan menjadi bersih dan memiliki kualitas udara yang bagus? Saya rasa, jawabannya tidak.
Tidak semua orang peduli terhadap lingkungan, nyatanya masih membuang sampah sembarang, di sungai dan di lahan atau di mana saja sesuka hati. Masih saja saja merusak hutan dengan berdalih untuk kebaikan dan lain sebagainya. Nyatanya, semua itu bisa merusak lingkungan.
Sehingga membuat sebagian dari kita merasa miris dan perlu peduli terhadap lingkungan. Mencoba untuk mengembalikan ekosistem alam untuk menjadi lebih baik. Alam yang baik merupakan harapan masa depan kita semua. Bagaimana tidak? Bayangkan saja, ketika alam rusak, sepuluh tahun kemudian bagaimana nasib penerus kita? Mungkin saat ini alam bisa dikatakan masih 'normal' oleh sebagian orang awam. Tetapi, kenyataannya alam saat ini sudah mulai rusak.
Di zaman yang sudah modern begini, peran generasi muda perlu ditingkatkan untuk melindungi alam beserta isinya. Ya, bersyukur sekali karena masih ada generasi penerus yang benar-benar peduli dengan lingkungan. Salah satunya ialah yang tergabung dalam kelompok
Golongan Hutan.
Sekilas Tentang Golongan Hutan
Merupakan sebuah tempat berkumpulnya anak muda yang mencintai negerinya dan mengharapkan masa depan yang baik bagi lingkungannya.
Siapa saja boleh bergabung, siapa saja boleh turut serta dalam perbaikan lingkungan. Di website Golongan Hutan, juga terdapat berbagai informasi kabar terkini tentang hutan, campaign dan informasi lainnya terkait lingkungan.
Dan baru-baru ini juga, Golongan Hutan berkolaborasi dengan Blogger Perempuan mengadakan campaign dalam bentuk Blog Competition. Dengan I Love Indonesia Blog Competition, yang bertema "Seandainya aku menjadi pemimpin, apa yang akan aku lakukan untuk Indonesia?"
Periode lomba pada tanggal 1 - 30 November 2020 yang dikuti sampai dua ratusan peserta. Dan Alhamdulillah selaki saya masuk dalam tiga puluh besar peserta lomba blog. Sehingga saya bisa mengikuti gathering online bersama Golongan Hutan X Blogger Perempuan.
I Love Indonesia Blogger Gathering
Dengan tema 'Peran Pemuda untuk Indonesia', gathering online ini diikuti oleh 30 orang blogger terpilih dan dari tim Hiip Indonesia serta dari Golongan Hutan, Influencer serta aktivis. Saya merasa bangga dan bahagia sekali bisa masuk di dalamnya. Karena di dalam gathering via zoom ini banyak sekali informasi yang menarik serta ilmu yang didapat.
 |
Acara dipandu oleh Kak Ocha :) |
Acara yang dipandu oleh
Mba Fransiska Soraya (atau yang akrab dipanggil dengan Kak Ocha), terasa sangat seru dan asyik. Selain itu, inti dari acara juga keren karena menghadirkan tiga orang nara sumber. Yaitu
Mas Edo Rakhman selaku Koordinator Golongan Hutan,
Anindya Kusuma Putri selaku Aktris/Influencer dan
Syaharani dari Komunitas Jeda untuk Iklim.
Dari ketiga narasumber tersebut, mereka memberikan informasi terkait peran generasi muda untuk menjaga hutan, lingkungan bahkan bagaimana cara kita agar iklim tidak berubah drastis.
Nah, bagaimana serunya? Simak terus ulasan dari saya ini, ya.
Edo Rakhman - Koordinator Golongan Hutan
 |
Mas Edo Rakhman, selaku Koordinator Golongan Hutan |
Narasumber pertama ialah Mas Edo dari Golongan Hutan. Menjelaskan tentang bagaimana krisis yang terjadi di bumi kita saat ini. Kerusakan hutan ada di mana-mana. Selain itu, juga menjelaskan tentang hasil dari tiga survei dari Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org, yaitu Jejak Pendapat Harapan dan Persepsi Anak Muda dan Pilkada, Laporan Hasil Survei Krisis Iklim di Mata Anak Muda dan dari WALHI tentang Kejahatan Korporasi dan Ekosida.
Dan berikut merupakan poin-poin penting dari Mas Edo Rakhman yang bisa saya ambil.
1. Menyelamatkan Bumi
Belum Terlambat untuk Anak Muda Bergerak Bersama Menyelamatkan Bumi
Ini sangat menarik, karena dari hasil servei tersebut, responden utama ialah anak muda sebanyak 82% yang memiliki rentang usia 17 hingga 30 tahun. Merupakan usia potensial dan yang akan menentukan nasib bangsa di masa depannya. Menariknya, mereka juga memiliki rasa kepedulian terhadap ekonomi, infrastruktur, kerusakan hutan, lingkungan, pendidikan dan sosial budaya. Karena itu, anak-anak muda sekarang, sudah saatnya berani menyeruakan suaranya, dan tidak boleh dipandang sebelah mata oleh pemerintah.
Ditambah lagi, generasi muda sekarang juga sudah paham akan krisis iklim yang sedang terjadi. Sebanyak 89% anak muda sangat khawatir dampak akibat krisis iklim. Ini sebuah tanda yang harus diperhatikan oleh para pembuat kebjikan, bahwa anak muda jangan diabaikan.
2. Kualitas Lingkungan Hidup
"Kita tidak bisa menghindari dari pentingnya lingkungan hidup. Karena lingkungan hidup merupakan daya dukung penting untuk kehidupan. Setiap diri kita berhak atas lingkungan hidup yang baik, bersih dan sehat." - Edo Rakhman, Koordinator Golongan Hutan.
Dari pernyataan Mas Edo, kita menjadi tahu nih, bahwa lingkungan hidup ialah kebutuhan kita sebagai umat manusia. Namun, sayangnya saat ini lingkungan hidup sering kali diabaikan. Hutan yang sebagai daya dukung terhadap lingkungan hidup banyak yang sudah rusak. Ini jangan sampai dibiarkan, karena efek domino dari kerusakan hutan juga berimbas kepada kita sebagai manusia.
Karena ekosistem hutan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, seperti sumber daya alam hayati, obat-obatan dan juga sebagai sumber pangan. Ketika dikelola secara tidak adil, akan sangat bahaya di masa depan. Karena adil di sini itu, bukan hanya adil hanya untuk hari ini saja, tetapi juga untuk di masa mendatang.
Kerusakan lingkungan hidup yang berangsur-angsur juga bisa menyebabkan pandemi. Karena virus bisa tersebar melalui satwa liar yang dijarah dan diperdagangkan secara liar pula, kemudian dikonsumsi oleh manusia. Ketika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus, tentu saja pandemi terjadi. Bukan hanya sekarang, tetapi juga dari tahun-tahun sebelumnya, pandemi awalnya disebabkan oleh rusaknya hutan.
Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia yang mencintai lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Sudah saatnya kita peduli terhadap lingkungan. Kita bisa menyuarakan pendapat kita atau bergabung dalam kelompok Golongan Hutan. Kita berusaha bersama-sama untuk menjaga ekositem hutan agar kerusakan tidak semakin parah.
3. Ketahanan Pangan
Hutan merupakan sumber pangan lokal yang baik. Dan juga untuk mendukung ekosistem di hutan, sumber pangan di hutan sepatutnya di jaga. Tetapi, apakah sekarang masih seperti itu? Tentu tidak, sebagian hutan diolah menjadi perkebunan dengan mengatasnamakan kesejahteraan pangan. Karena sangat erat hubungannya dengan cara mengambil kawasan hutan untuk lahan komoditi.
Seharusnya ini benar-benar dipikirkan oleh pemerintah karena mengambil kawasan hutan, berarti merusak tatanan hutan yang bisa berakibat fatal. Ketika ekosistem hutan menurun, maka yang terjadi adalah bencana alam. Dan ini tidak kita inginkan, bukan? So, marilah bersama untuk menjaga dan melestarikan hutan.
4. Masyarakat Adat
"Masyarakat Adat ialah garda terdepan untuk melindungi hutan, tetapi hak-hak mereka belum terpenuhi." - Edo Rakhman - Koordinator Golongan Hutan.
Bagimana rasanya? Menjadi garda terdepan untuk melindungi hutan, tetapi hak-haknya belum terpenuhi. Sungguh menyakitkan. Inilah yang terjadi pada masyarakat adat saat ini. Iya, kehidupan mereka saat ini terancam karena banyak sekali kejahatan korporasi yang memaksa hutan menjadi sebuah lahan perkebunan.
Padahal, masyarakat adat merupakan salah satu komponen bangsa yang memiliki kultur dan budaya secara turun temurun yang tinggal di wilayah atau berada di sekitar hutan. Dengan begitu, mereka sangat peduli dan menjaga hutan, karena mereka hidup bergantung pada hutan. Namun sayangnya, hak-hak mereka belum terpenuhi.
Hak masyarakat adat tentunya bukan hanya tempat tinggal di sekitar hutan, tetapi juga pengakuan dan perlindungan dari pemerintah agar mereka aman dan tenang. Sampai saat ini, keberadaan mereka belum diakui sepenuhnya. Baru sebagian kecil yang sudah diakui oleh pemerintah setempat, yaitu Suku Kajang yang terletak di Sulawesi Selatan. Tetapi, di tempat lain seperti di Papua, masyarakat adat masih belum diakui.
Sungguh disayangkan, bagaimana bisa mereka yang menjaga hutan tidak diakui? Dan bagaimana cara mereka mengeluarkan aspirasinya dan hidup bernegara dengan baik dan benar, ketika hak hidupnya masih tidak jelas.
Semoga suatu saat, pemerintah Indonesia akan mengerti tentang masyarakat adat dan melindunginya. Karena mereka ialah garda terdepan dalam melindungi hutan.
Anindya Kusuma Putri - Aktris/Influencer
 |
Anindya Kusuma Putri - Aktris/Influencer |
Keindahan alam Indonesia itu tiada taranya. Rasanya bahagia sekali ketika bisa menikmati keindahan alam seperti hutan dan gunung yang ada di Indonesia. Itulah yang dirasakan oleh Anindya Kusuma Putri, seorang aktris sekaligus
influencer untuk mengenalkan potensi keindahan alam Indonesia.
Dari kegemarannya mengeksplor alam di zaman SMA, ikut komunitas pecinta alam, dan suka naik gunung yang masih untuk pemula, Anindya menjadi banyak belajar. Khususnya belajar dari hutan. Belajar untuk diri sendiri yang akhirnya bisa survival di hutan ataupun gunung, berusaha mencari sumber air besih dan lain sebagainya agar bisa bertahan hidup di alam bebas.
Pengalamannya terus bertambah, hingga pada akhirnya naik ke Puncak Gunung Rinjani yang memakan waktu selama empat hari tiga malam (4D3N). Dari situ juga bisa belajar bahwa naik gunung harus bisa bekerja sama, tidak boleh egois meski keadaan lelah dan capai.
 |
Anindya Putri ketika berada di Puncak Gunung Rinjani |
Dari perjalanannya itu, Anindya juga bisa melihat dan merasakan sendiri, bahwa orang Indonesia masih perlu diedukasi tentang pentingnya menjaga alam. Karena dari keindahan puncak gunung Rinjani, ada satu titik di mana isinya sampah-sampah yang berserakan. Hal tersebut tentu membuat hati Anindya miris dan geram. Alam yang sudah indah kok di rusak oleh manusia.
Sehingga sangat-sangat perlu edukasi agar kita tidak membuang sampah sembarangan. Karena kalau bukan kita yang mencintai alam kita sendiri, siapa lagi? Dan alam butuh cinta dengan bukti nyata yang bukan hanya sebagai wacana. Meski tindakan yang sangat sederhana, dari tidak membuang sampah sembarangan. Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kita peduli pada alam.
Syaharani - Komunitas Jeda untuk Iklim
 |
Syaharani - Komunitas Jeda untuk Iklim |
Isu krisis iklim bukan hanya sekadar berita. Ini memang sedang terjadi. Dan itu akibat adanya efek gas rumah kaca. Lebih mirisnya lagi, 90% gas rumah kaca dihasilkan oleh manusia. Baik dari bahan bakar fosil, perusakan hutan dan pertanian, serta industri dan limbah. Kalau dibiarkan terus, krisis iklim akan semakin parah dan sangat berbahaya bagi kehidupan kita di bumi. Seperti hal-hal berikut ini:
- Mencairnya es dan naiknya permukaan air laut
- Intensitas bencana alam dan cuaca ekstrim
- Konflik sosial berkepanjangan
- Wabah penyakit
Bukan main, apa yang dihasilkan dari diri kita, berimbas ke krisis iklim. Sehingga kita harus berupaya untuk mengurangi krisis iklim, salah satunya ialah dengan menanam pohon dan lebih cerewet mengingatkan kepada semua teman-teman agar tidak merusakan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan dan berusaha mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Kerusakan alam, hutan atau lingkungan hidup itu berimbas ke kehidupan kita. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah saatnya gotong royong untuk melindungi dan melestarikan lingkungan hidup. Kita mulai dari hal terkecil. Jangan buang sampah sembarangan. Karena efeknya bisa meluas dan merusak ekosistem.
Dan untuk para generasi muda, ayo teruskan perjuangannya untuk melindungi hutan dan masyarakat adat. Agar hak-hak mereka terpenuhi.
Sedangkan untuk menanggulangi krisis iklim, ayo, kita mulai menanam pohon, untuk menyerrap efek gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh aktivitas kita.
Demikian cerita tentang keseruan I Love Indonesia Bloger Gathering yang penuh ilmu dan pengetahuan. Sampai jumpa di lain kesempatan.
Terima kasih untuk Blogger Perempuan dan Golongan Hutan atas kesempatan ini.
#GolonganHutan #GolHutXBPN