Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cinta yang Tak Berpihak

www.erycorners.com
Pada hakikatnya cinta itu memiliki rasa dan kebebasan tersendiri. Tidak bisa dipaksa, tidak bisa dihindari pun juga tidak bisa disalahkan. Iya, nalarnya cinta memang seperti itu, tapi bagaimana ketika harus jatuh cinta pada orang yang salah? Bertahun-tahun lamanya mencintai seseorang yang tak pernah mengabaiakan perasaannya sedikitpun. Apakah itu pembuktian hati yang tulus atau kebodohan karena tidak pernah menyadari orang yang selama ini dicintainya itu tidak pernah merasakan rasa yang sama. Bisa dikatakan cinta bertepuk sebelah tangan seperti lagu yang melegenda itu. Tapi ini bukan lagu, ini tentang sebuah kisah asmara yang dialami oleh Derawati, gadis berparas cantik yang masih berusia dua puluh dua tahun. Masih kuliah di jenjang akhir atau bisa dikatakan sedang menggarap skripsinya. Namun, dia jatuh cinta pada seorang pria yang bernama Vino, teman kuliah yang tak pernah sekalipun mereka bertemu. Bagaimana kisahnya? Simak terus di bawah ini, ya.

Derawati yang biasa dipanggil Dera gadis mojang priangan Bandung yang memiliki mata bulat dan jelas, pipi mulus dan sedikit mirip bakpao. Sudah hampir empat tahun dia menginjakan kakinya di Jakarta untuk menimba ilmu di salah satu universitas Ibu Kota. Untuk urusan materi kuliah dia tidak pernah ambil pusing, maklum, anak dari pasangan Bapak Hendri Deryudi dan Ibu Sulis Setyowati ini selalu berhasil mendapatkan hasil yang maksimal. Urusan dana juga tidak begitu dipikirkan. Selain orang tuanya yang memang cukup berada, meskipun tidak kaya, tapi mampu membiayai anak ketiganya kuliah di Jakarta. Sedangkan Dera sendiri kalau senggang dia mengambil part time untuk bekerja di café atau malah narik ojok online biar bisa bayar kost-kostan sendiri karena biaya kost tiap tahun makin nanjak harganya.

Suatu hari dia berbincang-bincang dengan teman sekostnya, Ria, tentang rencananya setelah lulus kuliah nanti. Ya, mereka bercakap-cakap di kamar kost sambil goleran membaca buku atau kadang nyambi bermain media sosial.

“Ri, kamu abis lulus mau ngapain?” tanya Dera.
“Balik kampung ke Jawa, pengen memberikan ilmu yang bermanfaat di kampung,” jawab Ria yang penuh bijak.
“Wow, keren banget cita-cita lo, mulia juga ya,” ledek Dera. Ria hanya tersenyum kecil dan asyik manggut-manggut sambil memainkan ponsel pintarnya.
“Eh, Ri, lo pernah kepikiran enggak mau nikah di usia berapa dan sama siapa?” tanya Dera lagi. Ria lagi-lagi hanya menjawab dengan bahasa tubuhya sampai-sampai membuat Dera rada kesel.
“Eh, lo kenapa sih? Main HP mulu, gue lagi ngajak ngobrol tahu!” celetuk Dera.
“Lah, lo aja kagak jelas, bentar-bentar pegang HP, bentar-bentar buku, bentar-bentar nyerocos kayak petasan di tempat orang mantenan,” Ria mulai ikutan ngegas.

Jadi satu kamar berdua mereka ramai banget seperti orang satu RT lagi pada demo karena biaya kost mahal.

www.erycorners.com

“Ya, setidaknya lo dengerin gue dulu, dong, Ri!”
“Ya deh, mau cerita apa?” tanya Ria.
“Menurut lo, kalau gue ngungkapin perasaan ke Vino, gimana? Enggak ada salahnya, kan?” tanya Dera yang membuat wajah Ria senewen.
“Vino lagi, Vino lagi. Apa kagak ada cowok lain di dunia ini selain dia? Empat tahun gue kenal lo, masalah dalam hidup lo cuma satu deh, Vino!” Ria makin ngegas karena dari dulu yang dibahas Dera hanya Vino.
“Ya mau gimana lagi, Ri, gue cinta ama dia, dan bentar lagi kita lulus, masa aku enggak pernah mengungkapkan perasaan ke dia sedikitpun. Udah gue tahan selama empat tahun ini,” jelasnya.
“Serah lo dah!” ketus Ria.
“Ih, lo kok gitu sih, kayak enggak suka gitu,”
“Bukan gue enggak suka lo ngungkapin perasaan lo ke Vino, tapi apa lo tahu, gimana perasaan dia ke lo? Lo udah lihat sendiri kan gimana bejatnya dia? Udah berapa cewek di kampus ini yang dia pacarin? Harusnya lo bersyukur kalau lo enggak disukai sama Vino,”
“Lo gitu deh, awas aja ya lo kalau lo jatuh cinta dan perasaan lo berkobar-kobar,” sumpah Dera untuk Ria.

Ria hanya tertawa dan melempar buku ke Dera. Akhirnya mereka pun berdebat panjang hanya karena Vino. Namun kali ini Dera berhasil membuat Ria mengalah. Ria menyetujui bahwa dengan sangat terpaksa, Ria mendukung kalau Dera akan mengungkapkan perasaannya setelah ujian skripsinya selesai.

“Gue pikir lo mahasiswi yang cerdas, tapi ternyata urusan cinta lo jadi norak dan bodoh,” timpal Ria untuk Dera.
“Biariiiin..! Dari pada lo kagak pernah mikirin hati, hanya kepikiran gimana jadinya biar bisa jadi orang yang hebat di desa. Mulia banget sih tujuan hidup lo,”
“Dari pada lo, cinta mulu yang dipikirin, makan tu cinta,”

Ya, begitulah mereka, berdebat yang unfaedah sampai lelah dan tertidur sendiri.

***
www.erycorners.com

Dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, mereka lulus dengan hasil yang memuaskan. Dera tampak bahagia karena mendapatkan peringkat tiga. Orang tuanya pun bangga pada putrinya itu. Kebahagiaan lain pun dirasakan Ria, dia berhasil meraih gelar sarjana dan dia berencana akan pulang kampung untuk mengembangkan ilmunya di desa.

Di sela-sela kebahagian mahasiswa dan orang tua yang hadir di acara wisuda tersebut, Dera mengendap-endap meninggalkan orang tuanya yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa kenalan yang sama-sama menghadiri anaknya wisuda. Ria mengetahui tingkah laku Dera, ia pun mengikutinya dan berhasil meraihnya.

“Woi, ngapain lo ngendap-ngendap kayak maling di keramaian?” suara Ria membuat Dera kaget dan berhenti berjalan yang sudah di depan Ria berjarak sepuluh meter.
“Ha, lo lagi, lo lagi, ngapain lo ngikutin gue,” balas Dera.
“Gue takut aja, kalau lo mau maling, terus bikin heboh deh,”
“Enak aja,”
“Terus lo ngapain jalan kayak orang lagi mau nangkap apa,” desak Ria.

Pertanyaan Ria hanya membuat Dera tersenyum.

“Jangan bilang lo mau nyari Vino,” tebak Ria. Dera hanya mengangguk. Membuktikan bahwa kalimat sahabatnya itu benar adanya. Dan sekali lagi Ria mengingatkan bahwa sebelum mengungkapkan keputusan itu harus dipikirkan matang-matang, secara, selama ini Vino merupakan salah satu playboy kampus yang sering bergonta-ganti pacar. Apa jadinya nanti kalau Dera ditolak? Bukankah membuat patah hati? Tapi dalam pikiran Ria, ditolak Vino jauh lebih mending ketimbang nanti sahabatnya itu diterima oleh Vino dan hanya dimainkan perasaannya.

Baca juga: Cinta yang Terbalaskan Lelucon

Ketika mereka berdebat, sesosok pria tampan dengan badan tinggi seratus delapan puluh satu centimeter itu muncul. Mata yang bulat, rahang yang tinggi, dan dagu yang goleng, memang membuat kalangan hawa klepek-klepek melihatnya. Dera dan Ria sama-sama melongo, karena orang yang dibicarakannya tiba-tiba hadir di depan mereka.

www.erycorners.com

“Kalian tadi nyebut nama saya?” tanya Vino, yang membuat mata Dera tak berkedip. Dengan high hells Ria menginjak kaki Dera dan membuatnya kesakitan.
“Hmm iya… aku tadi nyebut nama kamu,” jawab Dera dengan gugup.
“Ada apa?” Vino bertanya lagi.
“Eee… jadi gini, akuu… akuu… mau…” Dera tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, ternyata gugup benar rasanya berhadapan dengan orang yang disukainya.
“Mau kenalan sama Vino,” celetuk Ria yang membuat Dera berbingar-bingar.
“Iya, maksudnya mau kenalan sama Vino, karena selama kita kuliah di sini, kita enggak pernah menyapa satu sama lain. Nah, ini pas banget lagi acara wisuda, kita mau kenalan, siapa tahu nanti di luar kampus kita bisa ketemu lagi. Entah itu masalah pekerjaan, bisnis atau lainnya,” kata Dera ada benarnya juga. Tapi tak mudah dia melakukan semua itu, karena napasnya serasa habis.
“Oh ya, okay, aku Vino,”
“Dera,”
“Ria,”

Mereka saling berjabat tangan sebagai tanda untuk berkenalan. Kemudian Vino mengatakan sesuatu yang membuat Dera berbunga-bunga, “Dera? Derawati yang memperoleh peringkat tiga di kampus ini? Wow, selamat ya, senang kenalan denganmu,”

Dera hanya bisa mengangguk dan ingin tertawa bahagia. Ingin sekali rasanya berlarian di taman mengungkapkan kegembiraannya, ternyata orang yang dicintainya selama ini juga menaurh perhatian juga.

“Sayang….” Lamunan Dera langsung lebur ketika mendengar suara gadis yang mengatakan ‘sayang’. Di arah belakang Vino, datanglah seorang gadis cantik yang berambut ikal panjang sepunggung. Mata yang menggunakan softlens biru itu menjadikan penampilannya kian seksi.

“Hai, honey, ada apa?” jawab Vino.
“Aku dah bilang papi, kalau acara pertunangan kita sebaiknya dipercepat,” jelas kata gadis itu. Yang sambil menarik Vino dari hadapan Dera dan Ria. Sayup-sayup terdengar mereka berdua mengobrol tentang pesta pertunangan. Dera seperti disambar petir di siang bolong, tiada angin tiada hujan. Rasa bahagia yang baru saja ia impikan, tenggelam sudah. Musnah. Tak terasa buliran air mata menetes di pipi. Ria tahu betul apa yang dirasakan Dera saat ini, dia pun mencoba membantu menenangkan perasaan Dera.

www.erycorners.com

“Ini lebih baik, Der, lo tahu dari awal, jadi lo enggak perlu mengharapkan dia lagi,” ucap Ria. Dera hanya mengangguk. “Ya, lo harus bersyukur karena lo tahu bahwa hubungan Vino dengan cewek itu serius, jadi lo mesti move on, karena cowok di dunia ini bukan cuma dia,” tambah Ria.
“Empat tahun gue memendam semua ini, mengumpulkan seluruh kekuatan cuma buat ngedeketin dia, tapi nyatanya sia-sia,” Dera Nampak putus asa.
“Eh, girl! Udahlah, enggak perlu disesali. Lo harusnya hari ini lagi bahagia banget, orang tua lo datang di sini, lo jadi juara tiga. Prestasi lo bagus, harusnya lo bahagia. Setidaknya buat orang tua lo deh,” lagi-lagi ucapan Ria benar juga.

Dera mencoba membersihkan mukanya yang sudah lusuh. Dia mencoba menyolek wajahnya lagi. Dan mereka pun berjalan beriringan menuju orang tua mereka yang sudah bahagia karena anaknya sudah lulus. Dera juga sangat bersyukur memiliki teman seperti Ria yang selalu cerewet untuk menasehatinya selama ini. 

Dan mereka harus bersiap-siap untuk kehidupan selanjutnya. Apakah Dera akan pulang ke Bandung, atau berkarir? Atau malah langsung menemukan pengganti Vino? Lalu bagaimana dengan dengan Ria? Apakah benar nanti dia akan mengembangkan ilmunya di desa, atau malah dia betah di kota dengan pesona yang memikat? Tunggu kisah selanjutnya.

Bersambung…

--

Sumber foto: www.pexels.com
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

29 comments for "Cinta yang Tak Berpihak"

  1. loh ada sambungannya , wih jadi penasaran dong

    ReplyDelete
  2. Aw aw awww, ini nih cerita cinta ala generasi millennial yg seruu abiss
    Asalkan jangan jadi Bucin yak :D
    --bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya, Mbak.. enggak bucin koh, tapi ini malah bingung mau gimana lanjutannya.

      Delete
  3. Lho lah ini fiksi to Mbak? Tak kirain lagi baca buku novel atau gimana aku ni tadi. Bagus nih Mbak Eri. Ntar colek aku ya kalau sambungannya udah muncul.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haa.. tapi belum ada gambaran untuk melanjutkannya.. wkwkwkwkw

      Delete
  4. Wuaah ternyata bersambung, jadi pengin tau kelanjutannya seperti apa.
    Untung saja ya si Dera cuma bilang mau kenalan, coba kalo dia bilang suka, dan menemukan kenyataan seperti itu, bisa makin patah hati :D

    ReplyDelete
  5. Wah ternyata mba seneng juga ya bikin cerita fiksi gini. Bisa nih dibikin atologi cerpen ya ��. Ceritanya anak muda banget

    ReplyDelete
  6. eeaa aku pernah juga lihat teman kerja juga yang cinta bertepuk sebelah tangan juga mbak. Itu kebayang gimana sakitnya Dera. Semoga aja Dera bisa move on

    ReplyDelete
  7. Membaca ini bagus, ringan, kalimatnya mengalir banget. Aduh makjleb banget memendam rasa tapi endingnya gitu. Tapi emang lebih baik tahu dari awal. Btw, janur kuning belum melengkung kan? Masih ada kesempatan :D. hahahha

    ReplyDelete
  8. Walaahh ada sambungannya yaa... Penasaran nih. Dibikin ceritanya nyambung terus dengan Vino doongg biar seruuu... Kisah asmara yang muter-muter gini asyik diikutin. ;)

    ReplyDelete
  9. Semoga Dera berkarier dulu saja biar segera move on dari Vino, wkwkwk, itu kalau aku lho, tapi nggak tahu kalau Dera. Jadi, mari kita tunggu lanjutannya.

    ReplyDelete
  10. Jd terbawa suasana, hehe. Pedih emang rasanya ya, mencintai tapi yg dicintad gak tahu, jadi dipendem sendiri. Kebayang-bayang terus sosoknya pasti, hhha

    ReplyDelete
  11. Mbak aku hanyut nih sama kata kata yang mengalir. Tapi sedih juga cinta tak terucap itu memang menyakitkan huhuu.. Tapi belum tw sih kemana takdir bakal membawa, siapa tahu ketemu org yang lebih baik .ditunggu lanjutannya mba

    ReplyDelete
  12. Cinta tak berpihak, a.k.a cinta bertepuk sebelah tangan. I knew rasanya, nyesek dan bikin gemes (ke dianya karena bilangnya cinta tak harus memiliki)

    ReplyDelete
  13. Sedih banget sih ini Cinta Yang Tak Berpihak... Sebenarnya di kehidupan nyatapun ini sering terjadi juga, temenku soalnya merasakan ini.

    ReplyDelete
  14. Walah udah ada yang punya deehhh... Eh tapi tenang Mbak Dera, selama janur kuning belum melengkung Mas Vino masih bisa lha direbut kembali #ehgimana.
    Btw salut sama mahasiswa apalagi cewek yang jg punya kerjaan part time sampek ngojek gtu yaaa :D

    ReplyDelete
  15. Cinta yg dipendam dan berakhir kemecewaan, menunggu kelanjutannya ah...

    ReplyDelete
  16. yaelaaaah Vino dah punya tunangan. emang deh cowok kece tuh biasanya udah ada yg ngegandeng duluan, sebel #eh

    ReplyDelete
  17. Seru nih mbak ceritanya. Bisa jadi novel nih. Ga sabar nunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  18. Mak nanggung makkk nanggunhgg gmn vino dera

    Aduhhh makk cepetaaannn bikin lanjutannya

    ReplyDelete
  19. penasaran ama sambungannya, tapi ini aja udah bikin baperan yah, moga endiangnya nanti ga bisa ditebak deh, hihihi..biar bersambung lagi

    ReplyDelete
  20. Daku bingung ini fiksi apa non fiksi atau memang kisah nyata yang difiksikan haha. Ditunggu lanjutannya.

    ReplyDelete
  21. Ternyata ceritanya bersambung mbak.. Hehehe aku penazaran sama kelanjutannya apaan.. Ayo lagi lagi..

    ReplyDelete
  22. Dera, masih banyak ikan di laut maka marilah pergi memancing. Biarkan si Vino sama awewe-nya. Hehehe ....

    ReplyDelete
  23. Deraaaa...
    I feel you.

    Jangan khawatir....cewek cantik selalu ada yang antri.
    Semoga pengganti Vino jauh lebih baik.

    ReplyDelete
  24. Wadew, kok bersambung, Mbak. Aku jadi makin penasaran nih sama kelanjutan ceritanya. Emang sakit sih, kalau cinta bertepuk sebelah tangan, hiks

    ReplyDelete
  25. Waduh jadi ngga sabar nunggu kelanjutannya, trrnyata si vino mau tunangan toh.

    ReplyDelete
  26. Aaah udah lama banget enggak baca novel yang bertemakan begini

    Rasanya kayak blog walking sambil refreshing.

    Btw aku kayak Ria, gadis kampung yang kuliah di Ibukota. Tapi beneran deh, Ria mulia sekali tujuannya pulang ke desa nanti untuk membagikan ilmu yang sudah didapat.

    Baca cerita ini bener bener kayak lagi melihat diri sendiri didepan cermin. Habis kuliah mau apa?

    Untungnya aku bukan dera, yang masih memupuk cinta bertepuk sebelah tangan.
    Mungkin aku kayak cewek yang manggil sayang ke vino, uhuk.
    Semoga tahun depan jadi. hahahahaa

    Salam kenal mba ^^ Baru mampir langsung suka banget sama kontennya.

    ReplyDelete