Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Buku: Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira

Jejak perjuangan kemerdekaan di Bumi Perwira

Cerita tentang sejarah tidak akan ada habisnya. Membawa kita terhanyut pada masa-masa lampau yang begitu mengiris hati. Kisahnya menjadi tanda bahwa dulu penuh perjuangan. Untuk itu, Gunanto Eko Saputro atau yang dikenal dengan Igo Saputro meneruskan menulis jejak-jejak sejarah di Bumi Perwira.

Setelah sukses dengan buku sejarah seri pertamanya, Jejak Kolonial di Bumi Perwira, kini melanjutkan kisah sejarah tentang Zaman Pendudukan Jepang hingga Agresi Militer Belanda di Bumi Perwira.


Igo Saputra menuliskan kisah bagaimana orang-orang Purbalingga melawan penjajahan dan mepertahankannya. Ada beberapa kisah yang sampai menyayat hati. Pembaca seakan-akan terbawa dalam suasana perang di masa lampau.



Identitas Buku


Identitas buku sejarah

Judul: Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira
Penulis: Gunato Eko Saputro
Penerbit: SIP Publishing
Tebal: 299 Halaman
Tahun Terbit: 2021

Review Buku [Seri Sejarah] Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira


Diawali zaman pendudukan Jepang, yang menurut ramalan Jaya Baya bahwa akan datang bangsa katai dan tinggal seumur jagung di tanah nusantara. Ramalan tersebut ya mirip-mirip dengan realita sih. Dikatakan seumur jagung kurang lebih 3,5 bulan, faktanya Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun.

Meski hanya 3,5 penderitaan rakyat makin menjadi. Semua hasil panen harus disetorkan, mereka dipaksa untuk bekerja yang disebut sebagai Romusha. Bekerja secara paksa tanpa dibayar, dan tidak diberi jatah makan layak. Yang ada sebagian dari mereka mati karena kelelahan dan kelaparan, tapi tetap saja dipaksa kerja.

Review buku sejarah perjuangan kemerdekaan di bumi perwira

Belum lagi Dhung Theng. Di mana ketika ada sirine berbunyi, rakyat harus segera bersembunyi di kolong bawah tanah yang sengaja dibuat. Entah di dalam rumah atau di mana pun. Selain itu, mereka juga sambil menggigit karet atau gabus agar teriakannya tak terdengar.

Rakyat di kolong-kolong ketakutan, sedangkan di atas terjadi peperangan. Bom meletus di mana-mana. Suara tembakan membabi buta, peluru menghujan.

Membacanya saja, saya ikutan merasa ngilu dan tersayat batin ini. Apalagi dulu mereka yang merasakan. Sungguh, bangsa ini benar-benar diperjuangkan oleh orang-orang mulia dari seluruh penjuru negeri.

Hingga akhirnya Jepang kalah dengan sekutu saat bom atom meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki. Indonesia dengan sigap dan cermat memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Merdeka...!

Selanjutnya, perang mempertahankan kemerdekaan juga berlangsung sengit. Belanda berkali-kali mengingkari janjinya sendiri. Katanya tak akan ada genjatan senjata lagi, nyatanya perjanjian yang sudah ditanda tangani selalu dilanggarnya.

Belanda belum rela bahwa Hindia - Belanda merdeka dan menjadi Indonesia. Serangan Agresi Militernya pun datang, dari Agresi Militer I hingga Agresi Militer II. Perlawanan tersebut juga dirasakan di Bumi Perwira.

Militer Belanda memasuki wilayah Purbalingga dan mendapat perlawanan seperti di Blater, Padamara, Bobotsari, Pepedan, Sindoeraja, Lamuk, Karangklesem, dan sekitarnya, bahkan ada juga kisah pertukaran tawanan di Bobotsari.

Pertukaran tawanan di Bobotsari

Banyak aksi herorik para TNI dan para pejuang yang melawan serangan militer Belanda. Juga tak sedikit kisah yang mengharu biru.

Terlebih ketika serangan terjadi di desa Pepedan, yang mana para TNI sedang istirahat di pinggiran sawah. Akan meneguk air kelapa muda yang disiapkan oleh penduduk setempat, tak nyana, serangan udara datang.

Warga setempat dan TNI menyebut pesawat belanda itu cocor merah.

Kalang kabut ketika pesawat datang, dan TNI berada di sawah. Tak ada tempat untuk bersembunyi. Semua kelihatan jelas dari atas. Sehingga tak sedikit TNI yang menjadi korban.

Saya membacanya sampai teriris pilu, begitu menyayat hati. Dalam hati saya pun ikutan mengumpat tentara Belanda yang begitu kejamnya memborbardir. Sungguh, benar-benar tidak berperikemanusiaan.

Kisah-kisah yang lainnya juga tertuang di buku ini. Ada juga serdadu Belanda yang jatuh hati dengan gadis pribumi. Ada juga serdadu Belanda yang mengagumi Bumi Perwira karena begitu asri dan indahnya pemandangan. Semuanya telah tersusun rapi dalam buku Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira karya Gunanto Eko Saputro.

Penutup


Okay, Guys. Saya rasa cukup untuk mengulasnya, karena kalau terlalu panjang, saya ikutan perih hatinya mengingat perjuangan kita melawan para penjajah. Bahkan, sudah merdeka pun masih diserang.

Semoga hadirnya buku ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk belajar tentang sejarah, melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Aamiin.. Aamiin ....

Indonesia, Merdeka...!
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

10 comments for "Review Buku: Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira"

  1. Penjajahan Jepang sebentar tp katanya memang sangat menderita ya sampai kelaparan dan tidk ada pakaian

    ReplyDelete
  2. Di moment kemerdekaan begitu banyak tayangan dan ulasan seputar kemerdekaan.
    Tema bukunya agak berat tapi..begitu ngilu dan pedih jika membaca kembali kilas balik sejarah masa penjajahan
    Dan kemerdekaan adalahhasil perjuangan para pahlawan juga seluruh rakyat Indonesia

    ReplyDelete
  3. Ah pas banget ya kak
    Agustus bulan Kemerdekaan, diisi dengan baca buku seputar kemerdekaan
    Bikin makin cinta tanah air deh

    ReplyDelete
  4. Kalau lihat kebobrokan negeri ini sekarang, sering aku membayangkan nangis kali ya para pejuang negara ini kalau tahu semuanya, susah-susah merdeka eh penerusnya seenaknya sendiri

    ReplyDelete
  5. Wah jadi napak tilas perjuangan TNI ya mba, bacaan yang bagus ini buat kita yg perlu motivasi semangat juang

    ReplyDelete
  6. Membaca buku "Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira" mengingatkan anak muda untuk terus perkuat rasa nasionalisme dan rasa untuk mempertahankan kemerdekaan dengan melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan perang dengan cara masa kini, yakni berkarya yang bijak dan bertanggungjawab.

    ReplyDelete
  7. Aku selalu suka dengan cerita-cerita sejarah. Kalau aku nggak dari buku sih mbak, seringnya nonton channel youtube Jurnal Risa yang isinya soal dunia lain tapi ternyata banyak kisah-kisah sejarah yang bisa dipelajari. Bener-bener ditunjukin visual 'mereka' zaman dulunya, dan menyayat hati memang denger perjuangannya. Banyak-banyak bersyukur, aku hidup di zaman sekarang yang udah merdeka dan bisa hidup tenang.

    ReplyDelete
  8. Membaca kisah-kisah perjuangan seperti ini membangkitkan semangat nasionalisme dan semakin bersyukur kita ditakdirkan lahir di negeri ini ya mak. Ada rasa bangga memiliki pendahulu yg bermental juang tinggi. Tanpa mereka belum tentu kita bisa menghirup segarnya udara kemerdekaan.

    ReplyDelete
  9. Baca ini aku pasti juga bakalan nangis nih mba Ery. MasyaAllah terimakasih para pahlawanku yang sudah berjuang bela negara. Semoga dimudahkan hisabnya

    ReplyDelete
  10. serasa kembali ke jaman sekolah..tapi bacaan searah seperti ini memang penting banget karena bisa mengingatkan kita pada perjuangan sebelum kita bisa menkmati segalanya seperti sekarang ya kak

    ReplyDelete