Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masih Maukah Menjadi Pasangan Seperti Rama dan Shinta?

Ilustrasi Shinta dan Rama; Source
Dongeng atau legenda atau cerita rakyat atau apalah namanya, tentang kisah cinta seorang Sri Rama dengan Dewi Shinta. Kisahnya selalu diagung-agungkan bahkan banyak muda-mudi yang memuja-muja kisah cinta mereka. Menanggapi fenomena tersebut, saya terheran-heran, karena yang diceritakan dari turun temurun, kisah cinta itu hanya sebatas Sri Rama yang terus mencari istrinya, Dewi Shinta yang tengah diculik dan disembunyikan oleh Raksasa Jahat, Rahwana. Tidak ada kelanjutan lagi tentang kisah secara detail setelah pembebasan Shinta dari tangan Rahwana.

Cerita ini memang tak kalah menarik dengan kisah Pandawa dan Kurusetra. Ketika Pandawa ada Arjuna yang memiliki ilmu memanah, sedangkan di Kurusetra ada Duryudhana yang gadanya luar biasa besarnya. Ya, cerita dari negeri Bollywood ini memang cukup menarik perhatian.


Rama saat membunuh Rahwana; Source

Bagaimanakah kehidupan mereka? Bahagiakah, setelah Shinta bebas dari tangan Rahwana?

Menurut cerita legenda India kuno, banyak cobaan dan ujian yang dihadapi Dewi Shinta setelah terbebas dari Rahwana. Karena dalam ajarannya, seorang istri yang telah lama berpisah dengan suaminya harus melaksanakan ritual mengerikan. Ya, Sang Dewi Shinta harus harus melompat ke kobaran api yang begitu menyala-nyala dengan besar. Parahnya, mereka meyakini jika Dewi Shinta selamat maka dia masih suci, tetapi jika dia hangus terbakar, maka dia sudah ternodai. Hal ini merupakan bentuk ketidakpercayaan antar suami dan istri, yaitu Rama dan Shinta.


Pada awalnya Rama tidak menginginkan hal itu terjadi. Namun berhubung Rama sang Raja Negeri Ayodya, harus memenuhi permintaan rakyatnya, agar Dewi Shinta membuktikan kesuciannya dengan melompat ke api yang menyala-nyala. Upacara ritual itu pun diselenggarakan di alun-alun Negeri Ayodya dan disaksikan dari berbagai lapisan elemen masyarakat. Keluarga merasa sedih, takut, dan tidak rela jika Dewi Shinta harus mati konyol dengan terbakar seperti ini. Degub jantung Sri Rama dapat terdengar dengan jelas ketika Shinta melompat ke kobaran api yang besar. Semuanya bersedih, menangisinya, dan tidak rela hal itu terjadi. Namun, beberapa menit kemudian, Dewi Shinta muncul dari kobaran api tanpa luka sedikitpun. Wajahnya memberikan pancaran yang begitu indah hingga semua mata terpukau akan kecantikan sang Permaisuri Ayodya, istri Sri Rama itu.

Rama sangat bahagia, selain istrinya kembali, tentunya juga dia bisa menjaga kesucian dan kehormatannya itu sebagai Ratu Ayodya. Namun, kebahagiaan itu hanya terjadi beberapa hari saja. Setelah Shinta tinggal di istana, banyak rakyat yang protes, bahkan menuduh Shinta menggunakan ilmu sihir yang diberikan oleh Rahwana sehingga bisa selamat dari kobaran api. Rama kembali terdesak, awalnya dia sangat percaya kepada Shinta. Namun, pada akhirnya, pendirian Rama goyah, hanya karena ingin mempertahankan kepercayaan rakyat kepada rajanya.

Tak berapa lama, dengan teganya Rama mengusir Shinta dari istana. Dia mengatakan bahwa Shinta akan diasingkan selama dua tahun. Hati Shinta begitu teriris, bagaimana bisa suami yang sangat mencintainya tega melakukan hal ini? Adik Rama, Leksmana, sangat percaya pada Dewi Shinta bahwa dirinya masih suci, tetapi Rama telah dibutakan dengan gelar raja yang segala sesuatunya harus dibuktikan.

Dengan hati yang hancur, Shinta pergi ke hutan seorang diri. Dalam perjalanannya dia memegang janji suaminya yang akan menjemputnya setelah pengasingan ini selesai. Shinta terus menguatkan dirinya. Seorang permaisuri terlempar dari istana hanya karena ketidakpercayaan. Dewi Shinta tinggal sendirian di sebuah gubuk di tengah hutan. Semuanya serba sederhana, jangankan baju-baju mewah dan makanan lezat. Makan untuk sehari-hari pun dia memanfaatkan dari tanaman sekitarnya. Dan yang lebih memilukan lagi, dia sedang mengandung anak Sri Rama, suaminya. Setelah kandungannya cukup besar, beruntung dia bertemu dengan seorang Resi (guru, pendeta/semacamnya) sehingga sedikit membantu dan memberikan pencerahan hati kepada Shinta.

Lambat waktu, Shinta pun melahirkan bayi laki-laki kembar. Rasanya bisa menjadi pelipur lara karena jauh dari suaminya. Shinta menumbuhkan kembali rasa harapan bahwa Rama akan segera menjemputnya. Harapan-harapa itu terus ia pupuk hingga tiba masa berakhir hari pengasingan Shinta. Tapi apa yang terjadi? Sri Rama tidak menjemputnya, dia lupa atau sengaja melupakan akan janjinya sendiri. Shinta kian sedih dan bertahan untuk mengasuh anak-anaknya hingga mereka tumbuh dewasa, namun mereka tumbuh menjadi anak yang nakal.


Suatu hari kedua anaknya pergi ke kota kerajaan dan membuat keributan. Sri Rama pun turun tangan dan meminta kedua anak itu besok dihukum, serta orang tuanya dipanggil. Shinta mendengar kabar itu dari Sang Resi. Dia gelisah, akankah dia akan datang ke kota lagi? Akankah Sri Rama masih mengenalinya? Demi anak-anaknya, Shinta pun datang ke alun-alun istana. Terbayang jelas seperti belasan tahun lalu saat dia harus melompat ke kobaran api. Dan hari ini, dia datang untuk menyaksikan hukuman yang akan diberikan oleh Sri Rama kepada anaknya sendiri.

Rama terkejut melihat Shinta, tapi sinar kebahagiaan di matanya tidak bisa berbohong. Sesungguhnya Rama pun sangat merindukannya. Shinta memohon kepada Rama agar tidak menghukum kedua anak itu, karena mereka adalah keturunannya sendiri. Ada seutas senyum yang tersungging di bibir Rama. Yang kemudian dia meminta maaf atas kekhilafannya selama ini tidak menjemputnya denga alasan tidak bisa menemukan di hutan mana Dewi Shinta diasingkan. Shinta pun dengan mudah memaafkannya, dan berharap kembali ke istana dengan kedua putranya.

Namun, lagi-lagi pembuktian harus diwujudkan. Banyak rakyat yang menanyakan, “Benarkah itu anak Sri Rama? Lalu, bagaimana kalau ternyata kedua anak itu bukan anak Sri Rama? Negeri Ayodya akan mendapatkan kutukan yang keji.”

Suara-suara itu menyeru dan mencibir Shinta. Saat ini Shinta tak tahan lagi. Pengorbanan selama ini telah dia berikan dengan segenap hati dan jiwanya. Tapi, dia selalu dikecewakan oleh suaminya sendiri yang meragukan kebenarannya. Shinta semakin terluka saat Sri Rama meragukan kesuciannya lagi. Raja Ayodya itu mengikuti rakyatnya. Bahkan sampai hati menuduh Shinta melakukan hal yang bukan-bukan dengan seorang Resi. Hancur sudah Shinta, tidak ada tempat lagi di dunia ini. Satu-satunya orang yang sangat dicintainya telah berkali-kali melukai hatinya demi kehormatan semata.

Shinta tidak bisa lagi menerima perlakuan suaminya itu. Bertahun-bertahun sudah dia mengasingkan diri dan tetap menjaga segala kehormatan dan kesucian, tapi apa balasannya? Jangankan dikembalikan harga dirinya sebagai permaisuri, yang ada hanya semakin diinjak-injak dan dihina. Dengan kekuatan dan sakitnya hatinya, Shinta melenyapkan diri ke dalam tanah.

Sri Rama berteriak histeris memanggil namanya. Segeralah dia mengambil busur dan panah pusaka dan memanahkan ke dalam bumi sambil membaca mantra agar Shinta kembali. Berkali-kali dia memanah dan ditujukan ke segala arah, tapi Shinta tak kunjung muncul kembali. Padahal, biasanya busur dan panah itu selalu mengikuti kehendaknya.

Seorang Resi pun menjelaskan, bahwa sesungguhnya busur dan panah itu milik Shinta. Karena Sri Rama mendapatkan busur dan panah itu pada saat sayembara untuk mendapatkan Shinta. Pada saat itu, Shinta lah yang merestui busur dan panah agar bisa dimenangkan oleh Sri Rama, karena Shinta sudah jatuh hati padanya. Sehingga sejak saat itu, kekuatan cinta Shinta terus ada di dalam busur dan panah yang terus menyertai Rama. Dengan restu Shinta pula lah, busur dan panah itu akan mengikuti kehendak Rama, sebagai suami Shinta. Namun, saat ini Shinta telah ditelan bumi untuk selamanya. Siapa lagi yang akan merestui busur dan panah itu? Tidak ada lagi, karena hanya dengan Shinta lah, busur dan panah itu bisa digunakan.

Sri Rama tertunduk lesu. Menyesali semua yang telah dia lakukan pada Shinta. Hatinya hancur karena sebenarnya Rama sangatlah mencintai Shinta. Tapi, kebodohannya itu, membuat Shita pergi dari dunia ini selamanya. Sri Rama terus-terusan bersedih, dan mencari cara agar Shinta bisa kembali lagi. Tapi tidak ada Resi yang sanggup, karena lenyapnya Shinta, merupakan keinginan dari Shinta sendiri.

Sedangkan anak-anaknya berjanji tidak akan membuat keributan lagi. Mereka pun lebih memilih tinggal di hutan untuk belajar dengan sang Resi.

Itulah kisah cinta mereka yang tragis, dan jarang diketahui orang. Semuanya beranggapan bahwa cinta Rama dan shinta, merupakan cinta abadi, padahal, bukan, tetapi simbol krisis kepercayaan cinta.

Dari kisah itu, kita bisa mengambil hikmahnya. Bahwa sebesar apa pun cinta kalau tidak percaya, ujungnya akan tetap sakit hati dan kehancuran. Iya, untuk apa cinta kalau tidak ada percaya, untuk apa cinta kalau membohonginya dengan bayang-bayang harapan. Mungkin jika Shinta hidup di saat ini, dia akan mengajak Rama dan kedua anaknya ke dokter untuk melakukan test DNA, dan tidak mengakhiri hidupnya dengan melenyapkan diri ke dalam perut bumi.
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

8 comments for "Masih Maukah Menjadi Pasangan Seperti Rama dan Shinta?"

  1. Pengarang kisah Rama dan Shinta, sepertinya sedang mengkritik rakyat India yang cara pandangnya pada jaman itu masih menginferiorkan perempuan.

    ReplyDelete
  2. Hmm kalau saya sih lebih baik menjadi pasangan yang menurut saya sendiri dan dengan cara saya sendiri itu lebih muantappp deh.

    ReplyDelete
  3. Seperti kisah romeo dan juliet yang berakhir tragis ya... semua orang malah bangga bila di ibaratkan dengan romeo and juliet...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya... entahlah, masyarakatnya itu :( :(
      mungkin karena penyampain-penyampaian cerita hanya setengah-setengah saja, jadi orang banyak berpikir itu adalah hal yang baik, padahal aslinya tragis :3

      Delete
  4. Ternyata endingnya tragis ya.. Pesan moral utk para suami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, endingnya tragis.. buat para suami istri, kepercayaan itu sangatlah penting :)

      Delete
  5. Tapi emang bener sih, kadang suka miris lihat sinetron india yang istrinya bolak balik terzolimi sama ipar dan mertua tapi diam saja.

    ReplyDelete