Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mungkinkah Hanya Sebatas Teman? - Part 2 (Ending)




Waktu terus berganti, dan sebenarnya sudah terjadi sesuatu diantara Agung dan Prita. Semua orang sudah melihat mereka, melihat tatapan dari kedunya. Tapi tetap saja mereka mengelak dan tetap menutupi hati mereka yang sesungguhnya.

Malam mulai menyapa dengan diiringi belaian angin, Agung belum bisa tidur. Dia mondar-mandir saja di kamar, kemudian menonton siaran tv, tetapi tidak ada yang pas di hati. Dia memutuskan untuk mencari hiburan di malam hari, siapa tahu ada yang lucu atau bisa membuat dia nyaman. Dia menyusuri keindahan malam di tengah keramaian kota dengan motor gedenya. Kerlap-kerlip lampu malam sepanjang jalan mengiringi perjalanan Agung yang tanpa arah. Hanya mengikuti kata hati, dan saat hatinya merasakan sesuatu Agung mulai menurunkan kecepatan motornya.

Dia berhenti di sebuah rumah, dengan pintu gerbang yang sudah terbuka. Terlihat ada sebuah mobil yang terpakir di depan rumah itu. Agung memarkirkan motornya di dekat dengan pintu gerbang. Dia berjalan dengan menuju rumah yang tidak asing lagi baginya, ya siapa lagi kalau bukan rumah Prita. Saat ia hendak mengetuk pintu, Agung melihat ada seorang pria yang duduk di ruang tamu. Agung paham, bahwa ini bukan tamu orang tua Prita, tetapi tamu untuk Prita. Ya, seorang pria yang dilihat dari wajah, dan tinggi badannya, tentu usianya tidak jauh dari usia Agung. Dengan langkah mundur dan sangat pelan, Agung mengurungkan niatnya masuk ke rumah Prita, dia memutuskan untuk segera naik motor dan pulang ke rumah.
    
Pagi hari yang cerah untuk Prita, dia masuk kerja lebih awal dari biasanya. Sinar bahagia terpancar dari rona wajahnya yang cantik itu. Berbeda dengan Agung, dia berwajah kusut, lesu, kelopak mata hitam. Hari ini Agung tidak bisa berkonsentrasi baik untuk melakukan pekerjaan. Hampir 75% semua pekerjaan dilakukan oleh Prita, Agung hanya menandatangani tanpa dia cek ulang terlebih dahulu. Tidak seperti biasanya yang selalu mengecek semua berkas-berkas sebelum ditandatangani.

    
Saat makan siang, mereka bersama lagi. “Ada apa denganmu hari ini? Kenapa kamu berantakan seperti ini?” tanya Prita yang melihat Agung hari ini seperti mayat hidup.
Gak ada apa-apa. Aku lagi gak enak badan aja,” Agung menutupi hatinya yang sedang terluka. “Dan hari ini kamu semangat banget, ada apa? Tumben banget kamu kerja itu pakai senyum-senyum, biasa kamu itu kalau dapat kerjaan tambahan dikit aja dah teriak-teriak kayak kena potongan gaji,” imbuhnya.
Lagi seneng aja,” balasnya, sambil tersenyum yang menigsyaratkan bahwa dia sedang sangat bahagia.
Cerita lah, bahagia kenapa?” Agug pura-pura tidak tahu.
Semalam dia datang ke rumah dan melamarku, kami akan segera menikah,” kalimat itu membuat Agung tersedak mendengarnya. Secepat itukah mereka akan menikah? Agung bertanya-tanya dalam hatinya.
Apa kamu benar-benar mencintainya? Kamu sudah yakin bahwa dia laki-laki yang pantas buat kamu?” Tak sadar Agung emosi ketika mendengar Prita akan menikah dengan pria lain.
Dia masa laluku, dan dia kini datang lagi memenuhi janjinya. Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apakah kamu gak suka kalau aku menikah? Bukankah kamu sering menanyakan padaku kapan aku menikah?” Prita ingin tahu apa maksud kata-kata Agung, tidak biasanya Agung seemosi ini.
    
Bukan begitu Prita, aku hanya tidak ingin kamu salah dalam memilih pasangan hidup. Kamu teman terbaikku, sahabatku dalam suka dan duka. Kita sering melewati hal-hal tidak nyaman, bahkan kadang kita sangat-sangat keluar dari zona nyaman. Tapi kita masih tetap berteman dan saling percaya. Kita kadang bertengkar karena kerjaan, tapi kita tetap tersenyum di saat luang seperti ini. Aku hanya tidak ingin kamu bersedih. Aku sangat paham kamu itu orang yang ceria, dan pandai menutupi hati. Kamu itu orang yang mencitai kebebasan dan menyukai hal-hal menantang. Jangan nanti kamu menikah dengan orang yang salah, yang membuatmu tidak bisa berkembang. Tapi apa pun itu, aku senang akhirnya temanku akan menikah.”
    
Mereka tersenyum, Prita tak pernah tahu betapa hancurnya hati Agung. Selama ini diam-diam Agung mengagumi Prita, dan di saat dia akan mengungkapkan semua ternyata Agung kalah hanya beberapa menit saja. Sudah kedahuluan pria lain yang mengungkapkan semua rasa ke Prita. Agung dengan berat hati harus menerima, salahnya dia tidak pernah mengatakan hal ini pada Prita, andai saja Prita mengerti, betapa Agung mencintainya, mungkin keadaannya tak seperti ini. Mungkin cinta Agung tak bertepuk sebelah tangan.

Baca juga:

    
Hari yang ditunggu pun datang, pernikahan Prita dengan Yudha. Pria yang merupakan anggota Tentara Angkatan Udara. Pantas saja selama ini Prita menelan kesedihan sendiri, karena Yudha lah yang selama ini membuat hati Prita tak menentu. Kadang Yudha mengabarinya, kadang hilang tak ada kabar.

Selama 3 tahun Prita hidup menjalani hubungan yang tidak pasti. Namun, semua doanya terjawab sudah. Bahwa penantian yang sabar dan penuh keikhlasan telah membawanya ke pelaminan. Meskipun harus ada hati yang terluka karena dia mencintai seorang diri, Agung. Prita hanya benar-benar menganggap Agung sebagai teman. Tapi bagi Agung, Prita adalah lebih dari sekedar teman biasa. Baginya, Prita adalah wujud dari semua bentuk keindahan dan kesempurnaan di dunia ini. Meski tahu dan sadar bahwa di dunia ini tak ada yang sempurna.
    
Agung harus menerima semua ini, dan akan menjalani hidup dengan seperti biasa, dan tetap akan mengagumi Prita sampai ada seseorang yang mampu membuat lupa tentang Prita. Bukan hal mudah bagi Agung, ketika wanita yang dicintainya telah menjadi milik orang lain. Memang hal ini tak pernah disangkanya, bahwa dia akan jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, tapi dari seringnya kebersamaan dan saling berbagi, di situlah tumbuh rasa cinta, karena cinta datangnya tak pernah ia sadari. Sering kali kita menyadari bahwa kita mencintai sesuatu saat hal itu telah lepas dari genggaman kita.
    
--------TAMAT-------
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

3 comments for "Mungkinkah Hanya Sebatas Teman? - Part 2 (Ending)"

  1. memang ketika kita menyadari yang kita kagumi itu nantinya bukan menjadi milik kita, terkadang di situ merasa periihh. suka sakit sendiri.

    ReplyDelete