Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sang Bintang #Bagian 4

***Bagian Sebelumnya...

"Aleeeeeeeeeexxx..." Mesty berteriak dan mengejarnya. Seakan-akan tak rela berpisah dengan Alex. Alex menghentikan langkahnya. Tapi dia tak menoleh ke belakang, karena itu akan membuatnya tak tega ketika menatap wajah Mesty. Mesty akhirnya meraih Alex, dia memeluknya dari belakang.

"Aku juga mencintaimu..." Ucap Mesty dengan tegas. Makin tidak karuan perasaan Alex, dia pun membalikan badan dan memeluk Mesty.

"Jangan bersedih, aku pasti akan kembali." Alex menghapus air mata Mesty.
"Ini untukmu, udara di sini dingin ketika malam." Lanjut Alex. Dia mengenakan syalny ke Mesty. Mesty tersenyum.

"Hmmmm.. Tunggu dulu, di Eropa lebih dingin. Ini untukmu saja." Mesty memakaikan syal di leher Alex. "Aku menunggu kau kembali di sini." Ucap Mesty.

Sekali lagi Alex memeluk dan mencium keningnya. Perlahan ia menghilang dari pandangan Mesty.



Mesty menangis, ia menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta ke Alex. Dengan langkah yang berat, ia pergi meninggalkan bandara. Membawa serta kenangan dan kehilangan Alex. Mesty hanya bisa menunggunya. Lima belas menit kemudian, Mesty sampai di kantor. Kali ini ia melanggar jam kerja, seharusnya sebelum ke bandara berpamitan terlebih dulu. Nasi sudah menjadi bubur, waktu tidak bisa diputar lagi.

"Dari mana saja kau? Apa kau sudah lupa ini masih jam kerja?" Andara sudah tampak emosi.

"Maaf nona, saya baru saja dari bandara. Alex berangkat ke Milan siang ini." Jelas Mesty dengan gugup.

"Apa? Kau melanggar jam kerja hanya untuk mengantar Alex? Tidak biasanya kau seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian?" Andara harus tahu pastinya. Mesty terdiam, masih bingung mencari jawaban yang tepat.

"Jawab Mesty!! Apa kalian memiliki hubungan yang special?"

"Iya nona.." Jawaban yang singkat dari Mesty. Namun, jawaban itu mampu membuat Andara tampak lesu dan pucat. Terasa aliran daranya begitu lemah, sangat lemah. Andara berharap apa yang dikatakan Mesty hanyalah sebuah mimpi.

Andara berpegangan kursi, dia mencoba menahan diri agar tidak terjatuh. Langkahnya yang kecil membawanya pergi ke ruangannya. Menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan. Andara tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja. Kacau. Benar-benar kacau pikirannya Dengan keadaan yang lusuh, ia pergi meninggalkan kantor. Mencari suasana yang baru. Dia butuh oksigen yang lebih segar. Andara meluncur dengan kecepatan sangat tinggi. Tanpa arah tujuan yang pasti. Tak terencana pula ia akan pergi kemana. Ia hanya mengikuti nalurinya. Speedometer mobil menunjukkan angka 200km/jam. Beruntung jalanan sepi, sehingga tidak ada kecelakaan.

Hari mulai meredup, panas sudah menghilang. Andara memarkirkan mobil di sebuah tempat, dan tepat di bawah pohon yang rindang. Tak tahu kini ada di mana, yang jelas dia telah meninggalkan kota sejauh 300 km. Dalam jarak pandang 100 meter, Andara melihat bangunan yang unik. Dia mendekat ke bangunan itu. Jalan setapak tetapi rapi dan bersih.
Dikelilingi dengan berbagai taman bunga. Sungguh cantik pemandangan di sini. Tempat ini begitu menyejukan, menyegarkan, sekaligus menenangkan.

Andara meneruskan langkahnya, dia menuju pos penjagaan.

"Permisi.. Selamat sore... " Ucap Andara ke Satpam yang sedang berjaga.

"Selamat sore juga ibu, ada yang bisa kami bantu?"

"Maaf pak, ini di daerah mana, saya tidak menyadari kalau saya mengemudi sampai tempat ini." Jawab Andara.

"Disini Bukit Ketenger. Di sini tempat yang cocok untuk pesinggahan. Apakah anda tertarik untuk singgah di sini?"

"Hmmm... Ada apa saja di sini?" Andara ingin tahu secara jelas.

"Di sini ada pemandian air hangat, ada vila atau penginapan. Dari vila anda bisa menikmati alam pegunungan yang sangat cantik. Di belakang vila, hanya berjarak 50 meter, ada perkebunan strawberry. Di sana anda bisa menikmati buah strawberry yang masih segar, karena anda memetiknya langsung dari pohonnya. Dan di sebelah barat vila, berjarak 20 meter, ada sebuah air terjun. Airnya begitu jernih. Selain itu, anda bisa berkeliling menaiki kuda untuk menikmati pemandangan pegunungan yang sangat indah. Atau anda bisa memberi makan ke ikan-ikan mas yang ada di kolam."

Andara begitu menikmati penjelasan dari satpam itu. Andara sangat tertarik, karena merasa tempat ini sangat cocok untuk menengkan hati.

"Baiklah pak, saya booking satu vila. Saya akan tinggal untuk beberapa hari di sini."

Andara kembali ke mobil dan mengemudikan ke arah vila. Tempat yang sangat bagus. Jauh dari kebisingan kota. Jauh dari masalah bisnis dan hal-hal lain yang membuat stres otak.

Layanan special diberikan untuk Andara. Hal yang pertama Andara lakukan adalah mandi air hangat. Air hangat ini bersumber langsung dari kaki gunung, jadi bukan air biasa yang dimasak. Andara menghabiskan waktu hampir 3 jam di kolam air hangat. Sendiri, mencoba melupakan kejadian siang tadi.

Ketika malam mulai menghitam, cahaya bintang berkelip memberi pijar yang membuat semakin indah suasana malam. Di balik jendela, Andara menatap dengan jelas hamparan keindahan Maya Padha ciptaan sang Kuasa. Begitu Agung nan elok. Membuat siapa saja yang melihatnya menjadi damai dan tentram hatinya. Tak pernah sebelumnya Andara memiliki jiwa yang tenang dan damai seperti ini. Sungguh luar biasa. Malam yang bertabur bintang, kini menjadi teman setia Andara, hingga ia terlelap
dalam tidur.


Pagi buta Andara sudah bergegas menuju perbukitan. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan istimewa, yaitu melihat sunrise. Cahaya orange keemasan dari ufuk timur dengan megahnya. Andara begitu terpesona dan mengabadikannya dengan jepretan kameranya. Setelah puas menikmati sunrise, dia menuruni bukit-bukit dan turun di lembah strawberry. Terlihat embun yang bening membasahi dedaunan dan buahnya. Andara sangat menikmati suasana di sini, bahkan dia lupa tentang apa yang telah terjadi di hari sebelumnya.

##

Sudah dua hari Andara tidak ada kabar. Mesty merasa bersalah, harusnya ia mampu menutupi hubungannya dengan Alex. Dengan hati yang penuh bimbang dan ragu, malam ini Mesty akan ke rumah Andara. Mesty berniat untuk meminta maaf dan meminta agar Andara segera merancang busana.
Apa lagi sudah dikejar deadline dari majalah pesona, yang akan segera menerbitkan edisi terbaru.

Ragu-ragu, rasa itu kian ada di dalam diri Mesty. Dia sudah memarkirkan mobil di depan rumah Andara. Mesty belum juga turun, dia masih di dalam mobil hingga belasan menit. Dengan segala rasa yang ada di dalam hati, Mesty mulai berani melangkahkan kakinya, sangat pelan langkahnya.

Mesty mengetuk pintunya. Tak ada jawaban apa pun dari dalam. Rumah itu terlihat sangat sepi. Sekali lagi Mesty mengetuk pintunya.

"Selamat malam... Maaf, saya mengganggu di malam seperti ini.." Ucap Mesty.

"Selamat malam juga.. Oh tidak apa-apa, mari silakan masuk.." Jawab wanita yang membuka pintu dan mempersilakan Mesty masuk.

"Hmmm.. Tidak usah,, di sini saja. Oh ya, apakah saya bisa bertemu nona Andara sebentar?"

"Maaf, nona Andara tidak ada di rumah.." Tatapannya mulai kosong.

"Boleh saya tahu kemana nona Andara pergi?"

"Saya juga tidak tahu kemana perginya nona Andara. Sudah dua hari nona Andara tidak pulang. Saya juga bingung, karena tidak biasanya nona Andara seperti ini." Jelas pengurus rumah Andara ke Mesty.

"Ohh,, baiklah.. Kalau begitu saya permisi dulu." Mesty pergi meninggalkan rumah Andara. Dia terus bertanya-tanya dalam hati, "Kemana Andara?"

Di rumahnya, Andara tak ada. Mesty berinisiatif ke rumah Rony. Mungkin Rony akan membantu mencari Andara, karena Rony mencintai Andara. Namun, setelah sampai di depan rumah Rony, Mesty mengurungkan niatnya. Dia pulang ke rumah untuk beristirahat...

"Sebenarnya ada apa ini? Andara menghilang, dan rumah Rony didatangi polisi. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dua hal ini berhubungan?"

Mesty menerka-nerka mencoba mencari tahu apa yang telah terjadi.

"Dan salahkah aku yang mencintai Alex?"

Setahu Mesty, tak ada hal yang salah dalam mencintai. Yang salah hanyalah ego yang terlalu besar. Dalam cinta memang selalu ada pilihan yang pahit yang kadang harus diambil. Kau memilih hidup denganya, bahagia dengannya. Tetapi ada orang di sekitarmu terluka. Atau kau membiarkan orang yang kau cintai hidup dengan orang lain, tetapi hatimu sendiri yang terluka. Selalu seperti itu pilihannya. Tetapi, percayalah cinta sejati itu juga ada, bagi mereka yang mau berusaha untuk mendapatkan, menjaga dan mempertahankannya. Dan, menjaga dan mempertahankan cinta itu jauh lebih sulit, dibandingkan dengan untuk mendapatkannya. Karena ketika kau sedang mempertahankan cinta akan banyak ujian yang datang padamu. Dari rasa bosan, jenuh, dan bahkan hadirnya orang ketiga. Semakin sulit ujiannya, maka cinta itu kian abadi.

Pagi yang cerah, Mesty sudah di kantor, berharap sesosok perempuan yang cantik nan tegas sudah ada di ruangannya. Mesty menunggunya, tetapi tetap tak ada. Andara tak hadir lagi. Dan yang menghampiri Mesty bukan Andara, melainkan Rony.

"Andara hari ini masuk jam berapa? Tumben sekali jam segini tak ada di ruangan." Tanya Rony ke Mesty.

"Maaf tuan, nona Andara sudah tiga hari ini tidak masuk kantor." Jawab Mesty dengan pelan.

"Kenapa dia? Apa dia sakit?" Rony ingin tahu.

"Saya kurang tahu, nona Andara sudah tiga hari tidak ada kabar. Semalam saya ke rumahnya, tapi hanya ada pembantunya." Jelas Mesty.

"Apa??!! Kenapa kau diam tak memberitahuku?!!"

"Semalam saya ke rumah tuan, tapi ada polisi di rumah tuan, jadi saya tidak masuk."

Rony kebingungan, pikirannya mulai kacau. Ahhh, kemana Andara?

"Ya sudah, biar aku yang mencarinya."

Rony segera bergegas mencari Andara. Rony juga belum tahu pasti kemana Andara pergi. Tapi dia harus mencarinya sampai ketemu.

"Andara... Andara.. Kenapa kau lakukan ini? Kalau kau punya masalah, tak seharusnya seperti ini."

"Tapi aku akan menemukanmu, karena aku tahu kebiasaanmu." Rony terus melaju dengan kecepatan tinggi. Dia yakin dia akan menemukan Andara.

Rony terus melaju dengan kecepatan tinggi. Dia sangat bertekat untuk bertemu dengan Andara. Selain dia mencintainya, dia juga harus menagih karya-karya Andara untuk edisi majalah pesona yang akan segera terbit.

Setalah menempuh jarak sekian ratus kilometer, Rony sampai di tempat yang sunyi. Karena teramat sunyinya, kicauan burung dan gemerciknya air terjun pun terdengar jelas di telinga. Nyanyian alam yang sangat indah. Rony berhenti sejenak, menikmati suara burung-burung yang sedang bernyanyi. Kemudian Rony melanjutkan langkahnya, menuruni semak-semak belukar, seperti di hutan, tetapi tidak begitu terjal.



Dari atas air terjun, Rony berkata, “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” Tanya Rony ketika melihat Andara sedang di bawah air terjun.

Andara kaget, mencari suara itu. Suara yang tidak asing di telinganya. Tapi di mana? Tak berwujud. Andara berpikir itu hanya sebuah halusinasi saja. Tak mungkin Rony bisa menemukannya di sini.

Aku ada di atasmu. Kenapa kau menghilang dan menepi di sini?” Rony beranjak turun menyusuri air terjun.

Andara tak menyangka Rony akan menemukannya.

Seharusnya aku yang bertanya kepadamu. Kenapa kau berada di tempat ini? Apa yang sedang kau lakukan?” ucap Andara.

Aku ke sini karena ingin menjemputmu pulang, sudah banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi, aku mohon padamu, pulanglah bersamaku.” Pinta Rony.

Apa urusanku dengan pekerjaanmu? Kenapa harus menungguku? Kenapa kau tidak selesaikan sendiri?” Andara menocba menolak untuk pulang.

Rony semakin mendekati Andara. Dan terus mendekatinya. Tehenti sejenak, menatap mata Andara dalam. Dan mendekatinya lagi. Rony memeluk Andara. Pelukan yang sangat hangat, hingga Andara tak bisa berkata dan berbuat apa-apa.

Pulanglah denganku..” Lembut bisikan Rony di telinga Andara.
Rony melepaskan pelukannya. Andara masih terdiam, dia masih tidak mengerti, apa yang sebenarnya sudah terjadi.

Masih banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan. Kalau kau ingin berlibur, nanti akan aku temani setelah deadline kita terselesaikan.”

Aku belum ingin pulang, aku masih betah di sini. Sepertinya pekerjaanmu tidak perlu bantuanku.”

Aaah.. Sepertinya kau memang sedang benar-benar bermimpi. Meskipun aku sangat mencintaimu, tetapi untuk masalah pekerjaan, aku tetap menuntutmu sebagai desainer baju. Karya-karyamu belum satu pun masuk di dalam daftar majalah pesona untuk terbit minggu depan. Kau harus segera pulang dan buatlah karyamu.”


Aku masih butuh waktu di sini, untuk menenangkan hatiku.”

Memangnya, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Ceritakanlah padaku, mungkin aku tidak bisa memecahkan masalahmu, tetapi aku bisa menjadi teman untuk mendengarkan keluh kesahmu.”

Sudahlah, aku sedang tidak ingin membahasnya.”

Baiklah, yang penting hari ini kau harus pulang, dan selesaikan baju-bajunya. Riana desainer baru itu sudah muncul karya barunya dari seminggu yang lalu. Kau tidak ingin kalah dari desianer baru itu bukan?”

Apa kau bilang?!! Kenapa kau baru sekarang mengatakannya? Kenapa tidak sedari tadi kau sampai di sini?”

Bagaimana aku bisa mengatakannya, sedari tadi kau penuh emosi.” Rony tersenyum.

Baiklah, aku ikut denganmu, tapi bagaimana kau bisa menemukanku di tempat ini. Aku rasa tidak ada yang tahu tempat ini. Aku ke sini juga tidak sengaja.”

Aku mengenalmu Andara, kau pergi dari kantor dengan keadaan kesal, mana mungkin kau akan berbelok ke arah kanan. Kau pasti dari area parkir langsung lurus jalan ke kiri agar kau mudah mengemudikan mobilmu. Dan tempat ini, tempat diujung jalan yang paling lurus. Makanya kau berhenti disini. Aku tahu kau tak akan pergi mencari jalan lain, selain jalan lurus ini.”

Andara tersenyum mendengar penjelasan, memang begitu kenyataannya. Analisa Rony benar-benar tepat.

Andara mengikuti perintah Rony untuk kembali hari ini. Dia harus siap untuk membuat karya yang bagus. Dan harus kembali bertempur di dunia fashion. Untuk masalah hatinya, mungkin masih bisa terabaikan dengan kesibukan yang akan mengelilinginya.
Eri Udiyawati
Eri Udiyawati Hallo, saya Eri Udiyawati. Seorang Perempuan yang suka menulis dan traveling. Blogger asal Purbalingga, Jawa Tengah. Suka menulis berbagai topik atau bahkan mereview produk. Email : eri.udiyawati@gmail.com | Instagram: @eryudya | Twitter: @EryUdya

Post a Comment for "Sang Bintang #Bagian 4"